ANDAI AKU JADI GURU
Tak terbayang andai aku berdiri didepan ruang sekolah atau ruang tempat
belajar di hadapan berpuluh-puluh pasang mata. Mata yang haus akan ilmu
untuk menyampaikan sesuatu yang menjadi pelepas dahaga akan hausnya
ilmu.
Apa bisa ? Aku belajar untuk mendapatkan ilmu. Ilmu untuk
membawa aku pada pintu kesuksesan, sukses dalam arti aku mendapatkan
kebahagiaan. Bahagia karena aku dapat disayang banyak orang, bahagia
karena aku dibutuhkan banyak orang, bahagia karena keberadaan ku
bermanfaat bagi banyak orang.
Terbesit dalam hati dan pikiranku aku
bisa mendapatkan semua itu andai aku menjadi guru. Jadi guru aku bisa
mengamalkan ilmu yang ku miliki. Jadi guru aku bisa berinteraksi dengan
banyak orang yang berbeda karakter, berbeda kemampuan yang akan
membuatku kaya akan pengalaman atau dalam ungkapan ‘ telah banyak makan
asam garam ‘ ( orang yang mempunyai banyak pengalaman ). Dan yang
terpenting aku ikut andil dalam menghasilkan bibit-bibit unggul yang
tangguh dapat menjawab tantangan dunia.
Jadi guru dunia akhriat akan
ku dapatkan, dunianya aku mendapatkan kebahagiaan. Akhiratnya aku terus
beribadah dengan mengamalkan ilmuku. Semuanya dapat kuraih dengan hati
yang tulus, ikhlas dan sabar. Idealisnya memang begitu.
Kembali lagi,
apa aku bisa ? Aku mempunyai sifat kurang sabar bahkan tidak sabaran.
Aku bisa diibaratkan mesin diesel kalau terus dipanaskan akan semakin
panas tapi kalau dimatikan aku akan ikut dingin atau mati. Itulah aku.
Semangat terus dating dan pergi.
Aku tidak bisa gampang atau mudah
mengatakan apa yang ada didalam benakku, sehingga kadang orang lain
bingung hingga bisa dibilang kebingungan, sulit menafsirkan apa yang aku
mau.
Jadi dengan sifatku seperti itu apa aku layak dan bisa menjadi
guru ? Karena sepengetahuanku menjadi guru itu salah satunya harus
mempunyai sifat sabar. Karena apa ? Karena seumuran aku ini (remaja)
emosinya masih naik-turun, sehingga jika tidak mepunyai sifat sabar,
bisa-bisa menjadi gila menghadapi anak seumur kami ini. Sabar ya, Bu ….
Jika
aku sudah dewasa aku akan bersungguh-sungguh untuk meraih cita-citaku
yang mungkin dari berjuta-juta cita-citaku ini ialah menjadi seorang
guru.
Seandainya memang sudah takdirku menjadi guru, Siapa takut ?
Karena aku selalu berdoa kepada Allah S.W.T untuk memberikan yang
terbaik bagiku dan aku yakin Allah akan selalu memberikan yang terbaik
bagi umatnya yang berdoa dengan sungguh-sungguh dan tidak lupa
menjalankan sholat lima waktu, membaca Al-qur’an, bersedekah dan
lain-lain.
Jika kelak aku menjadi seorang guru aku akan berusaha
mengajar dengan baik. Karena talah ku alami sendiri guru-guru ku tidak
mengenal lelah, tidak mengenal mengeluh dan terus mengajar
murid-muridnya hanya semata agar murid-muridnya mengerti dan paham, tapi
mengapa guru sering dibilang pangeran tanpa tanda jasa ?
Menurut ku
itu salah besar. Guru sanagat berjasa bagi bangsa Indonesia ini tidak
kalah dengan pahlawan-pahlawan lainnya. Guru sangat berperan penting
dalam berbagai hal.
Kita ambil contoh presiden kita sekarang atau
orang-orang sukses lainnya, beliau tidak akan menjadi presiden jika
tidak ada guru yang mengajarinya membaca, menulis, menghitung dan hingga
dapat menciptakan hal-hal yang hebat. Begitu pula dengan orang-orang
sukses lainnya tanpa jasa guru, mereka bukan siapa-siapa